Seperti diketahui, energi fosil adalah energi yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup seperti tumbuhan dan hewan dari masa prasejarah yang tertimbun tanah selama berjuta-juta tahun dan berubah bentuk. Di mana tumbuhan berkayu berubah menjadi batu bara. Hewan-hewan kecil berubah menjadi minyak bumi. Energi ini diubah menjadi energi panas, cahaya, atau kinetik.
Energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi pun telah menjadi hal yang sangat penting untuk memajukan peradaban manusia. Tapi kalian pasti tahu, jika jumlah energi fosil yang telah ditemukan terus berkurang secara cepat, bahkan bisa saja habis dalam beberapa puluh tahun ke depan.
Lantas, mengapa energi fosil di bumi bisa berkurang? Pertanyaannya, jika sudah habis, apa yang akan terjadi pada bumi kita ya? Nah, yuk simak penjelasan berikut ini.
Awal Mula Penggunaan Bahan Bakar Fosil
Bahan bakar fosil, saat itu batu bara, kali pertama digunakan sekitar tahun 1880 untuk menghasilkan listrik rumah dan pabrik. Kemudian selama Revolusi Industri, pembakaran bahan bakar fosil terus meningkat dan berkembang, dari batu bara, minyak bumi, dan gas alam.
Konsumsi bahan bakar fosil meningkat secara signifikan, sekitar delapan kali lipat sejak tahun 1950, kemudian meningkat kembali sekitar dua kali lipat di tahun 1980. Pembakaran bahan bakar fosil kembali meningkat dua kali lipat di tahun 2019, dari tahun 1980 sebanyak 70.000 teraWatt per jam hingga pada tahun 2019 lebih dari 136.000 teraWatt per jam.
Berapa Lama Lagi Kita Kehabisan Bahan Bakar Fosil?
Berdasarkan artikel pada laman MAHB Stanford tertulis bahwa bahan bakar fosil memiliki limit/batas konsumsi. Sehingga, dapat kita lihat grafik prediksi cadangan bahan bakar fosil untuk beberapa puluh tahun mendatang. Di mana grafik ini menunjukkan cadangan energy masa depan (dalam BTOE, billion tonnes of oil equivalent atau miliar ton setara minyak) sebagai fungsi tahun.
Berdasarkan dari hasil perhitungan tersebut (memperhitungkan cadangan energi saat ini, peningkatan populasi global, dan permintaan energi global) maka diperoleh:
a. Minyak akan berakhir pada 2052 – 31 tahun lagi
b. Gas akan berakhir pada 2060 – 39 tahun lagi
c. Batu bara akan bertahan hingga tahun 2090 – 69 tahun lagi
Bagaimanapun, peneliti, organisasi, dan pemerintah memiliki perhitungan yang berbeda-beda. Misalnya saja dari laman Zmescience, yaitu dengan memperhitungkan rasio cadangan energi dengan tingkat produksi, mereka memperkirakan minyak akan habis dalam waktu 53 tahun, gas alam dalam 54 tahun, dan batu bara dalam 110 tahun.
Berbeda lagi dengan hasil penelitian dari American Petroleum Institute memperkirakan pasokan minyak dunia 1999 akan habis antara tahun 2062 dan tahun 2094, dengan asumsi total cadangan minyak dunia antara 1,4 – 2 triliun barrel. Meskipun perhitungannya berbeda, tidak akan dapat dipungkiri bahwa dunia akan segera kehabisan cadangan bahan bakar fosil dalam beberapa puluh tahun kemudian.
Lalu, Bagaimana Nasib Dunia Ini?
Kalian bisa sedikit merasa lega, karena banyak ilmuwan yang sedang berusaha menemukan energi yang tidak cepat habis, tidak mencemari lingkungan, dan juga tidak membahayakan manusia.
Beberapa sumber energi yang menjadi perhatian di antaranya tenaga angin, cahaya matahari, laut, bioenergi, hidrogen, dan energi lainnya yang dapat diperbaharui. Selain itu, para ilmuwan juga fokus mengembangkan energi impian mereka, yakni tenaga fusi nuklir.
Energi-energi baru inilah yang nantinya akan menjadi poros penggerak peradaban manusia di masa depan. Namun memang tidak bisa dipungkiri, besarnya populasi manusia di muka bumi selaras dengan semakin besarnya energi yang dibutuhkan. Bukan hanya itu saja, berikut adalah hal yang terjadi apabila manusia telah sampai di masa ketika bahan bakar fosil telah lenyap dari dunia.
1. Harga Bahan Bakar Fosil yang Masih Tersisa Akan Melambung Tinggi
Pemanfaatan bahan bakar fosil memang sangat dibutuhkan. Hal tersebut sebanding dengan harga yang harus dikeluarkan. Bahkan, tak jarang harga dari bahan bakar fosil tersebut kian menanjak seiring berjalannya waktu karena ketersediaannya yang mulai berkurang.
Dilansir Inspire Clean Energy, ada beberapa alasan mengapa bahan bakar fosil memiliki harga yang tinggi, antara lain karena tak mudah memperolehnya serta proses ekstrak yang panjang hingga akhirnya layak untuk digunakan.
Membayangkan apabila bahan bakar fosil sampai habis di bumi, bisa dibayangkan bakal setinggi apa harga yang dipatok oleh produsen. Sisa bahan bakar yang ada akan diperebutkan hingga harganya melambung seiring dengan banyaknya permintaan.
2. Pengusaha Bahan Bakar Fosil Akan Gulung Tikar
Di balik ketersediaan bahan bakar fosil yang rutin digunakan masyarakat, ada sosok pengusaha beserta perusahaan yang membantu memperoleh, mengolah, hingga mendistribusikan hasil bumi itu terhadap para konsumen. Tentu saja hal ini sangat penting dan berharga, sebab nilai jualnya tinggi dan keuntungannya sangat bermanfaat bagi negara yang memiliki kekayaan bahan bakar tersebut.
Berdasarkan laman resmi Investopedia, para pengusaha yang bergerak dalam bidang bahan bakar fosil ini tentu memiliki pertimbangan kuat atas banyak hal, mulai dari perekonomian, pemerintahan, konsumen, hingga lingkungan.
Nah, meskipun harga bahan bakar fosil yang masih tersisa akan melambung tinggi, kenyataannya hal tersebut tak banyak menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan yang bisnisnya berkaitan dengan proses produksi dan distribusi bahan bakar fosil.
Pasalnya, jika komoditas tersebut sudah benar-benar habis, maka perusahaan tersebut akan kehilangan barang dagangan utamanya. Sehingga, kemungkinan besar akan gulung tikar jika mereka tidak melakukan inovasi bisnis baru.
3. Risiko Kerugian Terhadap Perusahaan Otomotif
Secara umum, penggunaan bahan bakar fosil lebih sering dimanfaatkan oleh para pengguna kendaran, entah itu motor ataupun mobil. Nah, dilansir dari Energy Education, ternyata jumlah penggunaan bahan bakar terbesar untuk mobil justru berasal dari bahan bakar fosil, lho.
Jadi, tak heran bila bensin dan solar jadi komoditas primer yang menunjang kebutuhan manusia sehari-hari. Jika bahan bakar fosil lenyap, maka secara umum sektor otomotif juga akan sangat terdampak. Melihat hal ini, tentu akan berakibat kerugian masif lantaran ketidakmampuan dalam memperoleh bahan bakar yang cukup untuk menggunakan transportasi pribadi.
4. Munculnya Kendaraan Berbahan Bakar Listrik Atau Non-Fosil
Mungkin untuk saat ini masyarakat luar telah banyak mendengar tentang Transportasi elektrik ya? Nah, mengutip dari Wiki Energy Transition, istilah transportasi elektrik merujuk pada penggunaan mobil, motor, sepeda, kereta, dan banyak kendaraan lain yang menggunakan listrik sebagai bahan bakar utama.
Tercatat, kini di beberapa negara justru penggunaan mobil dan sepeda elektrik sudah secara luas diperjualbelikan meski distribusinya belum merata. Keberadaan transportasi elektrik ini tentu bakal makin digandrungi apabila bahan bakar fosil sudah lenyap dari bumi. Banyak orang yang tentu bakal segera beralih ke moda transportasi elektrik.
5. Inovasi Bahan Bakar Lebih Ramah Lingkungan dan Mudah Diperoleh
Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, bahwa kesadaran masyarakat mengenai bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui memang mendorong mereka dalam mencari alternatif lain. Alternatif inilah yang kemudian disebut dengan nama Renewable Energy atau energi terbaharui.
Mengutip Buy Clean Energy, keberadaan renewable energy memberikan dampak baik lantaran bisa memenuhi kebutuhan manusia tanpa merusak lingkungan. Berandai-andai jika bahan bakar fosil habis, maka hal yang mungkin terjadi adalah kemunculan berbagai sumber daya alternatif komersil.
Demikian, pembahasan mengenai apa yang terjadi jika energi fosil kita musnahkan semua. Dengan penjelasan di atas tidak menutup kemungkinan jika suatu saat manusia akan mengalami kepunahan bahan bakar fosil di masa yang akan datang. Maka dari itu, semoga saja manusia bisa secepatnya menemukan bahan bakar baru yang lebih ramah lingkungan, terbaharui dan murah.